Jumat, 29 Oktober 2010

Arsitektur

Pengertian arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari lingkup besar yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke lingkup besar yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.


Sejarah arsitektur
Arsitektur lahir dari hubungan antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi.
Ketidakpuasan terhadap situasi demikian ini pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern. Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Sebagian arsitek merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan, arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya.
Teori dan Praktek
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar : "Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".

Teori Timbulnya Karya Arsitektur
Teori timbulnya karya arsitektur meliputi 3 faktor, sebagai berikut :
1. Adanya kebutuhan untuk mempertahankan hidup, melindungi diri dari segala bentuk ancaman.
2. Adanya hubungan antar manusia yang membentuk kelompok / sosial.
3. Adanya kesadaran kemanusiaannya yang disebut budaya.

· Teori Maslow :

Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan.
Kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisik/biologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
4. Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
6. Kebutuhan estetika
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)

Fungsi Bangunan dan Arsitektur
Dalam hal fungsi bangunan dan arsitektur memiliki persamaan, yakni untuk mewadahi manusia dengan segala aktifitas serta peralatannya. Dalam segi bentuk dan ukuran sama-sama memiliki dimensi yang besar yang cukup untuk melingkupi kegiatan manusia dalam tiga dimensi sehingga manusia dan peralatannya dapat diwadahi oleh bangunan atau juga arsitektur. Pada bentukan dan sistem struktur yang digunakan juga merupakan hal yang sama, dan arsitektur memang bangunan yang diberi nilai dan estetika.
Perbedaan antara bangunan dan arsitektur terletak pada estetikanya, karena estetika itu berbeda pula nilai dan tampilannya. Bila bangunan hanya dinilai dari segi fisik yaitu bahan yang digunakan (kekuatan, keawetan, ketahanan) dan fungsinya, pada arsitektur tidak hanya itu, arsitektur juga dinilai seni dan keindahannya. Jadi bila pada bangunan, dalam posisi dan fungsi yang sama, semakin besar dan semakin kokoh bangunan itu maka harganya akan semakin mahal. Namun pada arsitektur, dapat juga yang lebih kecil walau fungsinya sama mempunyai harga yang lebih mahal karena nilai seni dan keindahannya tinggi. Dengan demikian dalam berarsitektur efisiensi itu sangat diperlukan juga penggunaan teknologi yang mutakhir, untuk mendapat nilai dan seni yang lebih tinggi. Karena harga dari arsitektur tidak hanya dari kegunaan dan kapasitasnya, namun juga dari tampilan dan nilai-nilai kearsitekturalnya, yang tidak dimiliki oleh bangunan.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Tiga Faktor Timbulnya Karya Arsitektur

1. Adanya Kebutuhan untuk Mempertahankan Hidup
Adanya kebutuhan untuk melindungi dan mempertahankan diri dari segala gangguan baik dari alam maupun binatang atau orang lain serta untuk memenuhi kebutuhan pokok dan keinginan semaksimal mungkin yang mampu untuk mempertahankan hidup. Salah satunya, rumah adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia selain kebutuhan akan sandang dan pangan. Manusia akan membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat berlindung dari segala macam ancaman. Karena pentingnya arti rumah sebagai tempat tinggal, maka cara mendirikannya tidak asal jadi dan dibuat serampangan. Hal-hal penting yang diperhatikan saat membangun rumah khusunya antara lain, Persiapan saat menentukan usaha untuk mendirikan bangunan, selalu mempertimbangkan 3 hal, yaitu:
1. tempat dimana bangunan itu akan didirikan,
2. bahan bahan yang digunakan,
3. kapan sebaiknya dimulai pekerjaan mendirikan bangunan.

2. Adanya Hubungan Sosial

Adanya keinginan untuk selalu mengembangkan diri dan beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Berkeinginan untuk menyenangkan diri dengan segala aktivitas yang di butuhkan / membutuhkan hiburan. Selain itu, keinginan untuk bergabung / menjalin kebersamaan terhadap individu yang lain (bersosialisasi,membentuk kelompok).
Keberhasilan manusia mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupannya sebagai makhluk yang tertinggi derajadnya di muka bumi adalah berkat kemampuannya beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya secara aktif. Manusia merupakan makhluk lingkungan (territorial being) yang tidak mungkin dipisahkan dari lingkungan hidupnya sebagai tempat bermukim. Selanjutnya manusia mampu mengembangkan peradaban yang lebih kompleks dengan munculnya kota sebagai pusat kekuasaan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan kesejahteraan manusia mendorong manusia untuk mengembangakan kemampuan teknologi modern modern yang mempermudah manusia mengolah sumberdaya alam yang terbatas.

3. Adanya Hubungan Kebudayaan
Dalam budaya tradisional, masyarakat lekat dengan tradisi yang masih hidup, tatanan, wawasan dan tata laku yang berlaku sehari-hari secara umum. Sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang disebut dengan tradisi / kebiasaan, sehingga membentuk suatu kebudayaan.
Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan.
Sikap Tradisional adalah bagian terpenting dalam sitem Transformasi nilai-nilai kebudayaan. Kita harus menyadari bahwa warga masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari genersi kegenerasi selanjutnya secara dinamis. Artinya proses pewarisan kebudayaan merupakan interaksi langsung (berupa pendidikan) dari generasi tua kepada generasi muda berdasarkan nilai dan norma yang berlaku.

1 komentar: